English Task: How to Make Crispy Hotdog (Erista Rebeca 9 RSBI 1/10)

Selasa, 15 Oktober 2013

Channel Toleransi (DRAMA PKN)

0 komentar
Hari yang cerah di RT XIPA5. Secerah indahnya mentari bersinar, seluruh warga pun mengerjakan pekerjaan hariannya dengan penuh sukacita. Termasuk keluarga Geovani. Pak Geovani sebagai kepala keluarga, mencari nafkah demi menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai konsultan perminyakan. Namun pekerjaannya ini hanya mengharuskannya di depan laptop dan di dekat smartphonenya selama seharian. Betapa nyamannya hidupnya. Sedangkan ibu Siti sedang asik memasak di dapur dibantu oleh pembantunya, mbak Ika . sedangkan anaknya, Fitri? Ia sedang serius mengerjakan tugas kelompok dengan Melinda dan Reizky. Sangat menyenangkan.
Fitri                              :  (melihat kearah langit) “Hari ini teduh banget ya! Cucok gitu buat hari ini!”
Reizky                         :  “Iyasih. Tapi biasanya papamu marah kalau kamu kebanyakan diluar.”
Melinda                     :  “Bener tuh kata Reizky. Kamu suka pehapein papamu sih, fit!”
Fitri                              :  “IIIH. Kalian ngomong apasih? Papaku itu lagi sibuk di ruang kerjanya. Aku janji hari ini kita bisa ngerjain tugas sampai selesai tanpa ada gangguan!” (menganguk mantap)
Mbak Ika                   :  (berteriak) “Dek Fitri, dek Melin, dek Reizky, monggo masuk kerumah dulu! Makan dulu yok, baru lanjut lagi belajarnya.”
Reizky                         : “Baru aja janji kalo seharian penuh gak bakalan ada gangguan…….”
Fitri                              :  “Ngg….ngg…maaf deh…kalian lapar ga? Kita makan dulu yok, baru deh lanjut lagi. Gimana?”
Melinda                     :  “Boleh deh, Melinda lapar banget soalnya nih….” (usap-usap perut)
Reizky                         :  “Ga boleh! Pokoknya tugas ini selesai dulu, baru boleh makan! TITIK!!!” (marah-marah)
Fitri                              :  “IIH. Kamu gaboleh egois gitu dong! Kita kan lapar! Kalau kamu ga lapar yaudah, kerjain aja dulu sendiri. Entar kita balik lagi.”
Melinda                     :  “Iya. Kamu gaboleh ngomong kayak gitu, ky.”
Reizky                         :  “Iya-iya deeeh. Pokoknya nanti kalian kesini lagi ya. Pokoknya tugas ini harus selesai!”
(selesai makan, Fitri dan Melinda keluar rumah untuke kembali bermain, tiba-tiba terdengarlah suara Adzan berkumandang)
Fitri                              :  “Hai! Ga lama kan kita makannya? Ayo kita lanjut ker—“ (terpotong)
Reizky                         :  (mengisyaratkan untuk diam) “SSST! Lagi Adzan, gaboleh ribut.”
Melinda                     :  “Kan kita cuma nyapa…”
Reizky                         :  “SSSSTTTTTT!!!!!”
(Adzan telah berhenti berkumandang)
Reizky                         :  “Aku sholat dulu ya. Entar kita lanjut lagi kerjannya.”
Melinda                     :  “Loh? Kok sholatnya sekarang? Nanti aja nah ky… entar tugasnya ga selesai loh…..”
Fitri                              :  “Iya betul kata Melinda! Pokoknya kamu baru boleh sholat setelah tugas ini selesai!”
Reizky                         :  “Loh? Aku itu mau ibadah. Bukan mau buat kejahatan. Salahkah kalo aku ibadah dulu baru entar ngelanjutin lagi tugasnya?”
Fitri                              :  “Iya salah! Entar tugasnya gabakal selesai tuloh!”
Melinda                     :  “Iya bener. Aku gak mau dihukum sama guru, ky…..”
Reizky                         :  “Gini ya, aku sholat, kalian yang ngerjain itu tugas. Ngerti? Dah, aku mau sholat.” (pergi meninggalkan Fitri dan Melinda)
(Fitri dan Melinda hanya bisa menggeram menanggapi sifat Reizky barusan. Menurut mereka, Reizky benar-benar tidak berperiperasaanmanusia. Setelah beberapa saat, Reizky kembali keantara mereka berdua)
Reizky                         :  “Hai, bagaimana tugasnya?”
Melinda                     :  “Syukurlah kamu kembali ky, ini nih, kita ada kesulitan di beberapa nomor. Kamu bisa kerjain?” (menunjuk layar laptop)
Reizky                         :  “Mana?”
(Tiba-tiba terdengar suara keras dari dalam rumah)
Papa Geovani          :  “Fitri! Ayo masuk rumah, sudah sore nak!”
(Seketika suasana menjadi hening)
Reizky-Melinda      :  “Fit…”
Fitri                              :  (berteriak) “Ngg…Bentar, Pa!” (menenangkan teman-temannya) “Tugas ini bentar lagi selesai kok...tenang saja…”
Reizky                         :  “Tugas ini gabakalan selesai. Kita terlalu lama ngerjainnya…”
Melinda                     :  (menutup mukanya seperti stress) “Tamat….kita bakalan dihukum nih!”
Fitri                              :  “Ini…ini…gara-gara kamu, ky! Coba kamu tadi ga sholat, pasti tugas ini udah selesai!”
Reizky                         :  “LOH?! Kok gara-gara aku sholat sih?! Gara-gara kalian tuh! Coba tadi kalian ga makan, pasti udah selesai dari tadi!”
Fitri                              :  “Engga! Gara-gara kamu sholat! Maunya kamu sholatnya nanti-nanti aja!
Reizky                         :  “Heh! Yang namanya beribadah itu gaboleh ditunda-tunda!“
Melinda                     :  “Hei…kalian bedua berhenti dong marahannya…Fitri…Reizky…”
(suasana diluar rumah makin ribut, hal ini membuat Pak Geovani dan Ibu Siti keluar dari dalam rumah)
Ibu Siti                        :  (bersuara lembut) “Hei…ada apa ini? Kok pada ribut-ribut?”
Fitri                              :  “Ini loh ma, tugas kelompokku ga selesai-selesai gara-gara Reizky kelamaan sholat!”
Reizky                         :  “Loh apaan sih? Gini loh tante, masa saya ibadah dilarang sih? Memangnya ibadah itu dilarang ya?”
Fitri                              :  “Siapa juga yang ngelarang?! Aku kan bilang ‘maunya nanti aja ibadahnya’!”
Pak Geovani            :  (sedikit berteriak) “EEH! Sudah-sudah! Fitri masuk rumah! Melinda-Reizky kalian pulang dulu ya. Sisa tugas kelompoknya biar Fitri saja yang mengerjakan. Ok?”
(Melinda-Reizky pergi meninggalkan halaman rumah Fitri. Sedangkan keluarga Pak Geovani kembali masuk ke dalam rumah mereka. Dengan rasa dongkol, Fitri mulai mengutarakan isi hatinya kepada Ayahnya.)
Fitri                              :  (marah-marah) “Papa kok kayak gitu sih?! Aku kan—“
Pak Geovani            :  “Kamu sudah keterlaluan, nak! Fitri, kamu tau kan? Klo orang mau beribadah itu gaboleh dilarang. Toleransimu dimana?”
Fitri                              :  “Tapi pa, ini tugas penting! Gaboleh ditunda!”
Ibu Siti                        :  (mengelus kepala Fitri dengan lembut) “Sayang, Papamu itu benar. Kamu gaboleh melarang Reizky seperti tadi. Itu dosa loh…”
Fitri                              :  (tertunduk) “Maafkan Fitri, pa. Aku tau aku salah…”
Ibu  Siti                       :  “Pa..” (menghampiri Pak Geovani sambil berbisik)
(Pak Geovani tersenyum sambil menganguk-angukkan kepalanya saat mendengar bisikan dari Ibu Siti)
Pak Geovani            :  “Oke. Karena kamu tahu kesalahanmu, kamu harus duduk diam di sofa ini.”
(Fitri, Pak Geovani, dan ibu Siti duduk berdampingan di sofa. Ibu SIti menghidupkan tv)
Fitri                              :  “Loh? kok malah nonton tv sih?”
Ibu Siti                        :  “Ssst. Nonton ajadeeeh…” (mengelus kepala anaknya)
Tiba-tiba terdengar suara seperti pembukaan acara BREAKING NEWS di tv yang baru saja dihidupkan. Sesaat kemudian, muncullah seorang pembaca berita dihadapan mereka semua. Seorang lelaki yang gagah, berwajah cerah dan siap untuk membacakan berita yang ia miliki)
Arvin                           :  “Selamat Siang, pemirsa. Kembali lagi bertemu saya, Arvin yang akan membawakan berita kepada anda. Indonesia kembali berduka, telah terjadi pengeboman di Pura Nyepi dikota Scifi, Kalimantan Timur. Untuk mengetahui situasi lebih lanjut, kami telah terhubung oleh wartawan kami di sana. Dengan Niluh? Apa anda bisa mendengar kami?”
(Niluh memasuki panggung)
Niluh                           :  “Ya, selamat siang, Arvin! Dan selamat siang juga pemirsa dirumah!”
Arvin                           :  “Ya, selamat siang juga, Niluh. Bagaimana keadaan disana?”
Niluh                           :  “Baik, keadaan disini masih belum kondusif sebagaimana mestinya dan saat ini pura sudah dipasangi garis polisi untuk mencegah orang memasuki TKP. Dan saat ini kami telah bersama dengan Kapolda Kaltim yaitu bapak Brigjen Kynan Reihan. Selamat siang pak?”
Kynan                         :  “Ya, selamat siang.”
Niluh                           :  “Apakah bapak menceritakan kembali kronologi kejadian pengeboman ini sebagaimana kita tahu akibat pengeboman ini semakin melunturkan nilai toleransi di kehidupan social kita ini?”
Kynan                         :  “Jadi kita mendapat informasi dari saksi mata, bahwa sebuah paket telah diletakkan di depan pagar Pura. Namun saksi mata menganggap itu paket biasa. Sayangnya, selang 10 menit paket tersebut meledak dan melukai beberapa jemaat Hindu yang tengah beribadah.”
Niluh                           :  “Adakah korban jiwa dari kejadian ini?”
Kynan                         :  “Sejauh ini, kita mendapat informasi baru bebe—“
(terdengar ledakan bom kedua di dekat kantor komisi adat)
Kynan                         :  (Kaget) “Apa itu barusan?!”
Ega                               :  (melalui radio) “Pak baru ada ledakan di depan kantor komisi adat!”
Niluh                           :  “Pemirsa baru saja kita mendengar ledakan bom kedua di depan kantor komisi adat. Cameraman ayo!” (bergegas pergi).
(tiba-tiba ada dua orang berlari dengan histeris)
Riska                           : (histeris) “Ya ampun!! Itu barusan bom! Di dalam masih banyak orang!!”
Rhajiv                         : (gemetaran) “Sabar, Ris… tenang.”
Niluh                           : “Selamat siang bapak kami dari SciFi news ingin mewancarai bapak dan ibu, apa bisa?”
Rhajiv                         : “Iya…silahkan…”
Niluh                           : “Kamera action!” (menunjuk ke cameraman) “Pemirsa di rumah kini saya sudah bersama saksi mata. Bapak, bagaimana kronologi dari kejadian tersebut?”
Rhajiv                         :  “Kebetulan kami baru selesai rapat untuk festival adat minggu depan, dan saat kita keluar tiba-tiba—“
Riska                           : (histeris dan panik) “Adaaaa Bommmmmmmm!!! Meledaknya pas di dekat kita lagii!!! Di dalam masih banyak oraaanggg, semuanya itu teman kita!!!!!!!”
Rhajiv                         : “Tenang sayang, tenang!” (menenangkan)
Masyarakat              : (Teriak -teriak) “Minggir-minggir! Ada korban jiwa!!!!”
Riska                           : (Panik dan Histeris) “Faniiiiiiiii!!!” (melihat tubuh Fani yang sudah terbujur kaku bermandikan darah) “Dia temanku woy! Kenapa kalian malah gotongin dia kayak gini?!!! Fani, kenapa kamu ninggalin aku? Jangan pergi…” (Nangis lalu pingsan)
Rhajiv                         : (Menangkap Riska) “Astaga Riska! Sadar ris!”
Niluh                           : “Baik pemirsa, kita telah mendengar sebagian dari kronologi dari sepasang saksi mata yang histeris ini, karena suasana semakin tidak kondusif, kita kembali ke studio, Arvin!”
Arvin                           :  (Berkaca) “hmm hmm.”
Metta                         : “Vin! On air!”
Arvin                           :  (Berkaca, cengar-cengir) “hmm hmm.”
Metta                         : “WOY! ON AIR DODOL!!!”
Arvin                           : (Kaget) “Oh ya! Terima kasih, Niluh! Baik pemirsa, kita telah menyaksikan laporan dari Niluh di TKP, selanjutnya kita ke reporter kami yang menyiarkan langsung di istana kepresidenan, Putri Lintang Kharisma. Lintang, bagaimana keadaan disana?”
Lintang                       : (Serius, tapi suara alay) “Baik Arvin, saya sudah berada di Istana Kepresidenan. Sambil menunggu kedatangan Jendral Julio Bagaskara selaku Menteri Pertahanan untuk menyampaikan pidato di istana, pada saat ini di dalam istana telah dilakukan konferensi pers yang dipimpin oleh Juru Bicara Presiden, Randy Hakim.”
Randy                         : “Pertama-tama, kami atas nama Presiden Indonesia, kami menyampaikan rasa bela sungkawa kami kepada korban beserta keluarganya atas kejadian pemboman di Pura dan kantor komisi adat di Kota Scifi. Peristiwa ini adalah suatu bentuk intoleransi, merupakan bentuk ancaman terhadap Negara ini, dan merupakan peristiwa terrorisme terparah dalam sejarah Kota Scifi. Maka saudara-saudara, saya sebagai wakil dari Presiden Republik Indonesia, ingin menyampaikan bahwa Bapak Presiden yang terhormat akan menyelesaikan investigasi terkait dengan kasus ini. Investigasi ini akan melibatkan seluruh komponen intelejen dan komponen militer serta kepolisian, untuk membuka tabir misteri penyebab dan pelaku pemboman ini. Maka, dengan adanya proses ini, Negara kita akan aman, dan terbebas dari ancaman-ancaman dalam bentuk apapun, dan akan selesai dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Assalamualaikum, wr.wb.”
Lintang                       : “Pemirsa,  baru saja kita saksikan pidato dari juru bicara kepresidenan, Bapak Randy Ivanal Hakim. Dalam pidatonya, bapak presiden telah merencanakan operasi investigasi. Dan pemirsa, sekarang, kita masih menunggu kedatangan Menteri Pertahanan, Jenderal Julio Bagaskara beserta rombongan. (30 minutes later), Pemirsa, berikut kita saksikan kedatangan rombongan Menteri Pertahanan.”
Bodyguard #1          : (Radio) “Jalak 1, ini Garuda, lokasi aman! Siap mengiring VIP ke tempat, ganti!”
Bodyguard#2           : (Radio) “Garuda, dimengerti, siap memindahkan VIP ke tempat, ganti!” (kepada wartawan) “minggir, minggir!”
Lintang                       : “Pemirsa, seperti yang anda lihat dibelakang saya, sepertinya rombongan kementrian Pertahanan telah hadir ditengah-tengah kita. Seperti yang kita lihat, ada bapak menteri bersama ketiga pengawal nya yang tengah memasuki lokasi istana kepresidenan.”
Bodyguard#3           : (Radio) “Garuda, Jalak, ini tim 2, podium aman, ganti!”
Saat menteri pertahanan masuk, para wartawan mulai berdiri, memotret dan beberapa bertepuk tangan.
Julio                             : “Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Selamat pagi dan salam sejahtera. Pertama-tama, saya selaku kepala kementrian pertahanan menyampaikan rasa belasungkawa dan duka sedalam-dalamnya kepada keluarga dan orang-orang yang mengalami musibah pengeboman Pura Nyepi dan Kantor Kepala Adat Kota Scifi. Bapak dan ibu sekalian, seperti yang kita ketahui, ada dua bom yang meledak secara bergiliran di dua tempat yang termasuk penting di wilayah kota Scifi. Musibah ini telah menelan cukup banyak korban jiwa dan memberikan luka yang mendalam bagi para korban beserta keluarganya. Musibah ini juga merupakan salah satu titik hitam dalam sejarah bangsa kita, terutama di penanggulangan terorisme. Untuk itu, kami akan mengerahkan serangkaian tindakan pencegahan, mulai dari melacak, dan melaksanakan operasi manhunt  kepada pihak terror yang bertanggung jawab atas hal ini. Demikianlah pidato saya pada pagi ini, sebelumnya saya sampaikan kembali rasa belasungkawa saya kepada para korban dan keluarganya, semoga anda semua diberikan penghiburan dari Tuhan Yang Maha Esa. Selamat pagi..
Lintang                       :  “Ya, seperti pidato yang telah kita dengar tadi, pemerintah pun mengharapkan lewat kejadian ini bisa menjadi tamparan keras bagi Indonesia sebagaimana pentingnya sifat toleransi yang terbentuk di lingkungan masyarakat. Sekian, kembali ke studio.”
Annisa Ulya              :  “Ya, terima kasih wartawan Lintang atas laporan yang telah anda berikan. Selanjutnya kita akan mendengar laporan ketiga dari wartawan—“
Arvin                           :  (celingak-celinguk. Tampang dongkol.) “Ngapain lo?...........”
Annisa Ulya              :  “Tadi lo pergi pipisnya lama banget, jadi gue disuruh sama Bu Metta buat gantiin elo.”
Arvin                           :  “Loh?! Gabisa gitu dong! Seharusnya kalian bertolerasnsi sama aku yang lagi ke toilet!”
Metta                         :  (datang sambil memukul kepala Arvin) “Dasar presenter dodol! Lagi on air ngapain lo ganggu?! Sana pergi dulu lo! Lagi LIVE, vin!”
Arvin                           :  (kaget, menepuk jidat) “ASTAGA! Maaf ya pemirsa….” (pergi dari pandangan pemirsa)
Anissa Ulya               :  “Maaf atas kejadian barusan pemirsa. Selanjutnya kita akan mendengarkan laporan dari wartawan Triana yang akan mengabarkan dari bundaran Saifai. Ya, halo Triana?”
Triana                         :  “Halo, Arvin?”
Anissa Ulya               :  “Ngg…Ini dengan Anissa…. Jadi bagaimana keadaan di daerah bundaran Saifai, tia?”
Triana                         :  “Oya, maaf nisa. Keadaan disini sangatttt ricuh. Sampai saya tidak bisa mendengarkan suara anda dengan jelas. Seperti yang permirsa lihat, dibelakang saya telah terjadi pemberontakan dan demo dimana-mana. Hal ini dilakukan oleh beberapa aktivis penentang pemburuan SARA. Yang sebagaimana kita tau bahwa dampak dari pemboman ini adalah meninggalnya beberapa aktivis keadatan. Hal inilah yang membuat aktivis-aktivis ini geram dan berani turun ke jalan untuk mengeluarkan pendapatnya.”
Praditya                     :  (teriak,marah) “POKOKNYA KITA TIDAK TERIMA! BAGAIMANA BISA NEGARA INI MAJU KALAU WARGANYA SAJA TIDAK BISA SALING BERTOLERANSI?!”
Eni                                :  “DIMANA KEADILAN?! BAGAIMANA MUNGKIN RAKYAT INDONESIA BISA BERSERIKAT, BERKUMPUL DAN BERIBADAH DENGAN TENANG JIKA DILUAR SANA MASIH BANYAK PARA PENJAHAT SARA?!”
Puput                         :  “PEMERINTAH TIDAK PERNAH TEGAS! SELALU LEMBEK! MANA CONTOH NYATA UUD PASAL 28E?! DIMANA TEGAKNYA HAK ASASI MANUSIA?! DIMANA?!!!”
Febri                           :  “APA YANG HARUS KITA LAKUKAN JIKA BERTOLERANSI PUN RAKYAT INI TAK BISA?! NEGARA INI MAKIN PENUH TERORIS! TERORIS SARA!!!”
Triana                         :  “Permisi, bu, pak, bisa anda jelaskan apa yang mendorong anda untuk melakukan aksi demonstrasi seperti ini?”
Anindita                     :  “Begini ya mbak, kalau ada kejadian pemboman di Negara kalian, kalian marah gak?! Geram gak?!”
Triana                         :  “Iya, bu…kami mengerti perasaan ibu…”
Azizah                         :  “TERORIS ITU HARUS MATI! HUKUMAN MATI HARUS DIBERLAKUKAN! Lihat wanita ini! Temannya tewas gara-gara kasus pemboman ini!”
Erista                           :  (berteriak geram) “DIA ADALAH TEMAN BAIKKU. TEMAN YANG SANGAT PEDULI DENGAN NEGARANYA. TEMAN YANG SANGAT CINTA AKAN SESAMANYA CIPTAAN TUHAN. IA TIDAK PANTAS MATI DI TANGAN TERORIS!
Aktivis lainnya         :  (berteriak) “HUKUM MATI! HUKUM MATI! HUKUM MATI!”
Triana                         :  (menenangkan) “Bapak-bapak, Ibu-ibu, apa anda semua punya sebuah pesan yang mau disampaikan kepada pemerintah?”
Bergantian                :  “TEGAKKAN KEADILAN! TEGAKKAN TOLERANSI UMAT BERAGAMA DAN ANTAR SUKU! BUKTIKKAN BHINNEKA TUNGGAL IKA MASIH MENDARAH DAGING DALAM TUBUH INI!!!”
 Pradit                         :  “RUKUNLAH INDONESIAKU!!! HIDUP TOLERANSI  DI INDONESIA!!!”
Aktivis lainnya         :  “HIDUP!!!”
Triana                         : “Demikian, laporan dari bundaran Saifai, kembali lagi ke studio.”
Arvin                           :  “Terima kasih, Triana. Sepertinya situasi makin memanas ya?”
Anissa Ulya               :  “Ya. Segala gejolak terjadi dimana-mana. Apakah ini akhir dari Negara ini? Berikut, kami baru saja mendapat kabar dari wartawan kami, Inas, yang sekarang berada di Rumah Sakit Umum Sepuluhlima.”
Arvin                           :  “Ya, bagaimana keadaan disana, Inas?”
Inas                             :  “Keadaan disini masih sangat sibuk, Arvin, Nisa. Ya dikarenakan banyaknya korban luka maupun jiwa akibat dari pemboman ini. Untuk data lebih lengkapnya kita sudah terhubung dengan Dr. Krisdayanti selaku Dokter Umum di UGD RS. Sepuluhlima. Sebelumnya terima kasih bu, atas ketersediaannya untuk memberikan keterangan kepada kami.”
Krisdayanti               :  “Ya sama-sama.”
Inas                             :  “Jadi bagaimana bu data spesifik banyak korban yang telah datang akibat dari pemboman sejauh ini?”
Krisdayanti               :  “Sejauh ini jumlah korban yang masuk ke rumah sakit kami adalah 27 orang.  Rinciannya adalah 5 korban jiwa dan selebihnya korban luka. Kebanyakan adalah luka parah karena luka ini disebabkan oleh paparan ledakan bom di tempat kejadian.”
Inas                             :  “Bagaimana nasib para korban saat ini?”
Krisdayanti               :  “Untuk para korban jiwa, kami masih perlu mengindentifikasi 3 jasad. Karena kondisi jasad tidak sangat memungkinkan untuk memeriksa secara fisik, jadi harus menggunakan tes DNA. Sedangkan 2 korban lainnya telah diketahui namanya dan telah dikunjungi keluarganya. Lalu untuk korban luka, masih banyak yang dirawat secara intensif.”
Inas                             :  “Bagaimana dengan keluarga korban jiwa? Apa mereka terlihat syok?”
Krisdayanti               :  “Sangat syok ya. Sangat terlihat dari raut wajah mereka, terlihat sangat stress dan masih belum percaya nasib ini menimpa sanak keluarganya.”
Inas                             :  “Bagaimana dengan para tim dokter? Apa tim kekurangan alat atau orang? Seperti yang kita ketahui, pasien yang ibu dapatkan tidaklah sedikit.”
Krisdayanti               :  “Ya Alhamdulillah, mas, tim masih berkecukupan. Tapi untuk stok darah, kami ada sedikit berkekurangan untuk stok golongan AB. Sedangkan kami memiliki pasien sekarat yang bergolongan darah AB.”
Inas                             :  “Apa anda cara bagi pemirsa dirumah supaya bisa membantu para korban yang terkhususnya pada saat ini sedang kekurangan stok darah?”
Krisdayanti               :  “Mereka semua bisa membantu kami dengan mendonorkan darahnya lewat PMI terdekat.”
Inas                             :  “Baiklah, terima kasih atas kesempatan yang telah anda berikan Ibu Krisdayanti. Berikut kami akan mewawancarai salah satu dari sanak keluarga korban. Bisa minta waktunya sebentar Ibu Yuliya?”
Yuliya                          :  “Iya, bisa…” (menangis tersedu-sedu)
Inas                             :  “Jadi apa benar anda merupakan salah satu sanak keluarga dari korban pemboman ini?”
Yuliyah                       :  “Iya… saya ibu dari Fani. Salah satu korban jiwa dari pemboman di kantor komisi adat. Sedangkan ini adalah anaknya, Indra.” (menangis)
Indra                           :  “Nenek…nenek jangan sedih… mama kan lagi dirumah sakit, sebentar lagi pasti mama sembuh, nek…”
Yuliyah                       :  “Saya ga tau lagi harus gimana! Saya ga tau bagaimana harus menjelaskan ini semua ke Indra. Pasti berat jika Ia harus menerima semua ini di usianya yang masih sangat belia, mas!” (menangis sambil mengelus-elus kepala Indra)
Inas                             :  “Saya turut prihatin bu. Jadi sebenarnya siapakah Fani ini, bu? Seperti yang kita ketahui rakyat Indonesia makin bergejolak setelah mendengar kematian Fani ini.”
Yuliyah                       :  “Sebenarnya Fani ini termasuk aktivis adat, dia sangat sayang budaya Indonesia. Dia benci pas Indonesia memanas karena perang saudara atau perang antar adat. Karena itu dia ngebuat kantor komisi adat dengan tujuan ingin mengrealisasikan Bhinneka Tunggal Ika secara nyata. Dia orang baik-baik, mbak. Dia gapernah jahat ke orang.” (Menangis lagi)
Indra                           :  “Ibu saya pasti sembuh, om! Nenek memang suka begini kok. Nanti om liput aku lagi ya kalau mamaku sudah sembuh!”
Inas                             :  “Iya…terima lasih ya Indra dan Bu Yuliyah atas waktunya. Tuhan YME menyertai keluarga anda. Sekian laporan dari kami di Rumah Sakit Umum Sepuluhlima. Kembali ke studio.”
Annisa Ulya              :  “Ya terima kasih, Inas. Pemirsa, barusan saja kami mendengar kabar bahagia dari pihak kepolisian Indonesia bahwa ‘SI TERORIS’ telah tertangkap.
Arvin                           :  “Ya, si teroris tertangkap di Pelabuhan Semayang sesaat sebelum dirinya kabur ke luar pulau menggunakan kapal feri.”
Annisa Ulya              :  “Pelaku yang masih dirahasiakan ini akan muncul pada konferensi pers yang dilakukan oleh Kepolisian RI, dalam membahas latar belakang terjadinya pemboman ini.”
Arvin                           :  “Untuk informasi lengkapnya kita telah terhubung oleh rekan kami yang berada di Aula Konfrensi Pers Polri, dengan Riza? Apa anda bisa mendengar kami?”
Riza                              :  “Ya, selamat siang untuk kita semua.”
Annisa                        :  “Apa anda bisa menceritakan keadaan disana?”
RIza                             :  “Baik, Annisa. Kedaan disini sangat ramai. Berhubung dengan adanya berita tentang tertangkapnya si Teroris ini. Semua wartawan didalam ruangan ini sedang menunggu kehadiran Kapolri untuk mengklarifikasikan siapakah si Teroris ini sebenarnya.”
(Tiba-tiba seorang pria memasuki ruangan itu. Dengan langkah tegasnya, ia disambut dengan deretan suara kamera yang sedang menjepretnya)
Kynan                         :  (menarik kursi dan mendudukinya) “Silahkan duduk, kita akan mulai konfrensi persnya. (merapikan beberapa kertas) Jadi sebenarnya kasus Pemboman ini ternyata memiliki pemahaman dan latar belakang yang sangat sederhana. Jauh berbeda dari awal pemikiran kita yang mengkait-kaitkan semua ini dengan kasus intolerir dalam hubungan sosial terkhususnya dalam bidang SARA. Si pelaku melakukan ini karena masalah pribadinya. Pelaku juga bukan salah satu bagian dari kelompok-kelompok teroris, ia hanya seorang warga sipil biasa. Bom yang pelaku gunakan juga termasuk bom ringan atau tidak menggunakan alat-alat canggih yang dapat menghanguskan segalanya. Para korban yang tewas termasuk warga sipil juga. Namun, sesuai dengan hasil penyelidikan, kasus pemboman ini merupakan kasus berencana. Sekian dari pengklarifikasian ini, ada pertanyaan?”
Wartawan A             :  “Jadi sebenarnya apakah latar belakang si pelaku ini, pak?!”
Kynan                         :  “Latar belakangnya hanya masalah pribadi. Kebetulan masalah pribadi ini menyangkut tentang Si pemilik Pura dan pemilik kantor komisi adat. Para pemilik tadi merupakan korban tewas. Untuk korban tewas lainnya, menurut pelaku merupakan korban yang tidak disengaja.”
Wartawan B             :  “Siapakah Si Pelaku ini, pak?!”
Kynan                         :  “Pelaku adalah IC. Perempuan dan hanya warga sipil biasa. Beliau tidak memiliki catatan kejahatan apapun sebelumnya.”
Riza                              :  “Begini pak, tadi kan bapak bilang bahwa IC merupakan seorang warga sipil biasa. Tapi bagaimana mungkin dia bisa menyusun rencana sedemikian mulusnya ini?”
Kynan                         :  “Baiklah. Setelah kami melakukan test kejiwaan dengan si prlaku. Diduga pelaku ini memiliki IQ yang sangat tinggi. Hal ini terlihat dari cara dia berbicara, ia berbicara seperti para ilmuwan. Sangat rasional dan realistis.”
Riza                              :  “Apa IC sudah menjalani pemeriksaan lengkap?”
Kynan                         :  “Sejauh ini, ia sudah memasuki tahap setengahnya.”
(Ega datang terburu-buru sambil membisikkan sesuatu kepada Kynan)
Kynan                         :  “Baiklah, sebelum menutup konfrensi pers ini, kami akan memberikan waktu khusu kepada para wartawan untuk bertanya langsung kepada si Pelaku.”
(Iren datang sambil tangan tetap terborgol di tangan. Ia datang sambil diikuti Ega dari belakang)
Ega                               :  (menarik kursi untuk Iren) ”Duduk.”
Iren                             :  (duduk dengan wajah sok menantang)
Ega                               :  “Dipersilahkan kepada para wartawan untuk bertanya.”
Riza                              :  “Siapakah anda sebenarnya IC? Kenapa anda melakukan pemboman ini?!”
Wartawan A-B        :  “Gara-gara anda, Indonesia memanas!”
Iren                             :  “Sebelumnya terima kasih banyak atas pertanyaan dan segala cacian kalian. Ngomong-ngomong nama saya Iren, gausah lah kalian panggil saya dengan nama IC. Saya melakukan pemboman ini karena ingin membalas dendam.”
Riza                              :  “Dendam apa? Dan apalah ada sangkut pautnya dengam pemilik Pura dan kantor Komisi Adat?”
Iren                             : (Tertawa keras. Seperti menyindir. Berteriak) “JELAS ADA! GARA-GARA MEREKA HIDUP SAYA TIDAK PERNAH BAHAGIA LAGI! Apalagi si Pemilik Pura itu, cih! Wanita macam apa dia itu?! Kerjaannya menggangu hubungan orang saja! Belum lagi si pemilik kantor Komisi Adat itu. Boleh saja dia memiliki segalanya, boleh saja di cinta budaya tanah air TAPI kalau sudah mengambil pria orang, apa perlu dibangga-banggakan lagi?!”
Ega                               :  “Tenang Iren. Tenang! Wartawan hanya dipersilahkan bertanya tanpa menyinggung perasaan tersangka.”
Riza                              :  “Jadi, sebenarnya kasus ini hanya karena anda cemburu?”
Iren                             :  (tersenyum sinis) “Saya tidak cemburu. Saya hanya ingin memberinya pelajaran bahwa tidak baik mengambil hak orang lain. Apalagi pria yang sebenarnya menjadi hak-ku.”
Wartawan A             :  “Lalu kenapa anda tidak meledakkan si pria juga?”
Iren                             :  “Untuk apa? Tak ada guna. Lagipula saya tidak tau dia berada dimana. Jadi lebih baik saya membalaskan dendam ini ke mereka berdua bukan? Asal kalian tahu, awalnya sih dia dekat dengan pemilik Pura karena katanya masalah bisnis. Tapi rupanya dia mengkhianatiku, dan malah menikah dengan pemilik kantor komisi adat. Pria dungu.”
Wartawan B             :  “Lalu apakah perasaan anda terbalaskan setelah dendam anda terbalaskan?”
Iren                             :  “Tentu saja. Apalagi setelah mendengar tewas, saya jadi lebih mudah tersenyum sekarang.” (tersenyum seperti orang saiko)
Ega                               :  “Ayo, kita pergi!” (meberdirikan Iren dari duduknya)
Kynan                         :  “Terima kasih atas kesempatannya, konfrensi pers ini ditutup!”
Ibu Siti langsung mematikan tv dan melihat sekeliling, terlihatlah Fitri sedang tercengang-cengang karena mendengar berita barusan. Fitri langsung memluk tangan ibunya dengan erat.
Fitri                              :  “Bu, tadi itu beneran kah? Serem banget…”
Ibu Fitri                      :  “Iyalah, nak.”
Bapak Geo                :  “Lihat, bagaimana jadinya kalau kita hidup tanpa adanya toleransi? Kamu mau hidup kayak gitu? Demo dan pergejolakan ada dimana-mana. Indonesia jadi memanas, gapernah ada rukunnya. Gabakalan lagi ada namanya pergi ke mall atau nonton bareng temen-temenmu.”
Fitri                              :  “Engga, yah. Fitri khilaf. Jadi gimana caranya supaya kejadian itu ga terulang lagi? Demi deeeh, fitri takut bangetttt!”
Ibu Siti                        :  “Belajar buat bertoleransi sama orang lain. Belajar tenggang rasa. Belajar saling bantu-membantu antar sesama manusia yang telah diciptakan oleh Tuhan. Contohnya sederhana aja kok—“
Bapak Geo                :  “Misalnya kayak kejadian kamu ngelarang Reizky buat sholat tadi, itu gaboleh nak. Kamu kan seharusnya sudah tau klo sholat 5 waktu itu wajib. Masa iya kamu ngelarang dia buat beribadah kepada Tuhan? Itu sama aja kamu udah ngajarin orang buat dosa loh.”
Ibu Siti                        :  “Iya, selain itu. Kita juga gaboleh menggangu seseorang yang lagi ibadah. misalnya bikin kegaduhan, bunyiin klakson keras-keras, dll.
Fitri                              :  “Trus klo saling bahu-membahu itu kayak apa, bu?”
Mbak Ika                   :  “Ya kayak sering bantu-bantu ibu di dapur, dek. Lumayan kan, jadi kerjaannya mbak Ika berkurang, pahalanya dek  Fitri nambah deh ehehe…”
Bapak Geo                :  “Ah, mbak Ika suka bercanda…hahaha.”
Mbak Ika                   :  “Tapi tadi saya ada perhatiin, kok presenter sama wartawannya salah ngomong terus ya? Dari tadi dia bilang ‘Selamat Siang’ terus. Padahal ini kan udah sore.”
Bapak Geo                :  “Wah! Mbak Ika jeli juga ya! Jadi sebenernya itu Cuma video.”
Fitri                              :  “Hah?! Video?! Maksud Ayah?! Tapi tadi kata Ibu itu tadi nyata?”
Ibu Fitri                      :  “Ya memang, sayang. Ayah sama Ibu sengaja rekamin berita ini, soalnya bagus banget buat pelajaran toleransi-mu dimasa mendatang.”
Bapak Geo                :  “Gimana? Bapak-Ibu jahat ya sama kamu, nak?” (nyengir)
Fitri                              :  “IIIII…Ayah nyebelin ih! Engga kok, bapak sama ibu itu orang tua terhebat yang pernah ada! Fitri sayang kalian deh!” (cengengesan)
Mbak Ika                   :  “Sama mbak ika engga toh, dek?”
Fitri                              :  “Iyaaa, mbak……Sayang mbak juga kok ehehe….”

 SELESAI