Hari yang cerah di RT XIPA5. Secerah
indahnya mentari bersinar, seluruh warga pun mengerjakan pekerjaan hariannya
dengan penuh sukacita. Termasuk keluarga Geovani. Pak Geovani sebagai kepala
keluarga, mencari nafkah demi menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai
konsultan perminyakan. Namun pekerjaannya ini hanya mengharuskannya di depan
laptop dan di dekat smartphonenya
selama seharian. Betapa nyamannya hidupnya. Sedangkan ibu Siti sedang asik
memasak di dapur dibantu oleh pembantunya, mbak Ika . sedangkan anaknya, Fitri?
Ia sedang serius mengerjakan tugas kelompok dengan Melinda dan Reizky. Sangat
menyenangkan.
Fitri : (melihat
kearah langit) “Hari ini teduh banget ya! Cucok gitu buat hari ini!”
Reizky : “Iyasih. Tapi biasanya papamu marah kalau kamu
kebanyakan diluar.”
Melinda : “Bener tuh kata Reizky. Kamu suka pehapein
papamu sih, fit!”
Fitri : “IIIH. Kalian ngomong apasih? Papaku itu lagi
sibuk di ruang kerjanya. Aku janji hari ini kita bisa ngerjain tugas sampai
selesai tanpa ada gangguan!” (menganguk
mantap)
Mbak Ika : (berteriak)
“Dek Fitri, dek Melin, dek Reizky, monggo masuk kerumah dulu! Makan dulu
yok, baru lanjut lagi belajarnya.”
Reizky :
“Baru aja janji kalo seharian penuh gak bakalan ada gangguan…….”
Fitri : “Ngg….ngg…maaf deh…kalian lapar ga? Kita makan
dulu yok, baru deh lanjut lagi. Gimana?”
Melinda : “Boleh deh, Melinda lapar banget soalnya
nih….” (usap-usap perut)
Reizky : “Ga boleh! Pokoknya tugas ini selesai dulu, baru
boleh makan! TITIK!!!” (marah-marah)
Fitri : “IIH. Kamu gaboleh egois gitu dong! Kita kan
lapar! Kalau kamu ga lapar yaudah, kerjain aja dulu sendiri. Entar kita balik
lagi.”
Melinda : “Iya. Kamu gaboleh ngomong kayak gitu, ky.”
Reizky : “Iya-iya deeeh. Pokoknya nanti kalian kesini
lagi ya. Pokoknya tugas ini harus selesai!”
(selesai makan, Fitri dan Melinda keluar
rumah untuke kembali bermain, tiba-tiba terdengarlah suara Adzan berkumandang)
Fitri : “Hai! Ga lama kan kita makannya? Ayo kita
lanjut ker—“ (terpotong)
Reizky : (mengisyaratkan
untuk diam) “SSST! Lagi Adzan, gaboleh ribut.”
Melinda : “Kan kita cuma nyapa…”
Reizky : “SSSSTTTTTT!!!!!”
(Adzan
telah berhenti berkumandang)
Reizky : “Aku sholat dulu ya. Entar kita lanjut lagi
kerjannya.”
Melinda : “Loh? Kok sholatnya sekarang? Nanti aja nah
ky… entar tugasnya ga selesai loh…..”
Fitri : “Iya betul kata Melinda! Pokoknya kamu baru
boleh sholat setelah tugas ini selesai!”
Reizky : “Loh? Aku itu mau ibadah. Bukan mau buat
kejahatan. Salahkah kalo aku ibadah dulu baru entar ngelanjutin lagi tugasnya?”
Fitri : “Iya salah! Entar tugasnya gabakal selesai
tuloh!”
Melinda : “Iya bener. Aku gak mau dihukum sama guru,
ky…..”
Reizky : “Gini ya, aku sholat, kalian yang ngerjain itu
tugas. Ngerti? Dah, aku mau sholat.” (pergi
meninggalkan Fitri dan Melinda)
(Fitri dan Melinda hanya bisa menggeram
menanggapi sifat Reizky barusan. Menurut mereka, Reizky benar-benar tidak
berperiperasaanmanusia. Setelah beberapa saat, Reizky kembali keantara mereka berdua)
Reizky : “Hai, bagaimana tugasnya?”
Melinda : “Syukurlah kamu kembali ky, ini nih, kita ada
kesulitan di beberapa nomor. Kamu bisa kerjain?” (menunjuk layar laptop)
Reizky : “Mana?”
(Tiba-tiba
terdengar suara keras dari dalam rumah)
Papa Geovani : “Fitri! Ayo masuk rumah, sudah sore nak!”
(Seketika
suasana menjadi hening)
Reizky-Melinda : “Fit…”
Fitri : (berteriak)
“Ngg…Bentar, Pa!” (menenangkan
teman-temannya) “Tugas ini bentar lagi selesai kok...tenang saja…”
Reizky : “Tugas ini gabakalan selesai. Kita terlalu
lama ngerjainnya…”
Melinda : (menutup
mukanya seperti stress) “Tamat….kita bakalan dihukum nih!”
Fitri : “Ini…ini…gara-gara kamu, ky! Coba kamu tadi ga
sholat, pasti tugas ini udah selesai!”
Reizky : “LOH?! Kok gara-gara aku sholat sih?! Gara-gara
kalian tuh! Coba tadi kalian ga makan, pasti udah selesai dari tadi!”
Fitri : “Engga! Gara-gara kamu sholat! Maunya kamu
sholatnya nanti-nanti aja!
Reizky : “Heh! Yang namanya beribadah itu gaboleh
ditunda-tunda!“
Melinda : “Hei…kalian bedua berhenti dong
marahannya…Fitri…Reizky…”
(suasana diluar rumah makin ribut, hal ini
membuat Pak Geovani dan Ibu Siti keluar dari dalam rumah)
Ibu Siti : (bersuara
lembut) “Hei…ada apa ini? Kok pada ribut-ribut?”
Fitri : “Ini loh ma, tugas kelompokku ga selesai-selesai
gara-gara Reizky kelamaan sholat!”
Reizky : “Loh apaan sih? Gini loh tante, masa saya
ibadah dilarang sih? Memangnya ibadah itu dilarang ya?”
Fitri : “Siapa juga yang ngelarang?! Aku kan bilang
‘maunya nanti aja ibadahnya’!”
Pak Geovani : (sedikit
berteriak) “EEH! Sudah-sudah! Fitri masuk rumah! Melinda-Reizky kalian
pulang dulu ya. Sisa tugas kelompoknya biar Fitri saja yang mengerjakan. Ok?”
(Melinda-Reizky pergi meninggalkan halaman
rumah Fitri. Sedangkan keluarga Pak Geovani kembali masuk ke dalam rumah
mereka. Dengan rasa dongkol, Fitri mulai mengutarakan isi hatinya kepada
Ayahnya.)
Fitri : (marah-marah)
“Papa kok kayak gitu sih?! Aku kan—“
Pak Geovani : “Kamu sudah keterlaluan, nak! Fitri, kamu tau
kan? Klo orang mau beribadah itu gaboleh dilarang. Toleransimu dimana?”
Fitri : “Tapi pa, ini tugas penting! Gaboleh ditunda!”
Ibu Siti : (mengelus
kepala Fitri dengan lembut) “Sayang, Papamu itu benar. Kamu gaboleh
melarang Reizky seperti tadi. Itu dosa loh…”
Fitri :
(tertunduk) “Maafkan Fitri, pa. Aku tau aku salah…”
Ibu
Siti : “Pa..” (menghampiri
Pak Geovani sambil berbisik)
(Pak Geovani tersenyum sambil
menganguk-angukkan kepalanya saat mendengar bisikan dari Ibu Siti)
Pak Geovani : “Oke. Karena kamu tahu kesalahanmu, kamu harus
duduk diam di sofa ini.”
(Fitri,
Pak Geovani, dan ibu Siti duduk berdampingan di sofa. Ibu SIti menghidupkan tv)
Fitri : “Loh? kok malah nonton tv sih?”
Ibu Siti : “Ssst. Nonton ajadeeeh…” (mengelus kepala anaknya)
Tiba-tiba terdengar suara seperti pembukaan
acara BREAKING NEWS di tv yang baru
saja dihidupkan. Sesaat kemudian, muncullah seorang pembaca berita dihadapan
mereka semua. Seorang lelaki yang gagah, berwajah cerah dan siap untuk
membacakan berita yang ia miliki)
Arvin : “Selamat Siang, pemirsa. Kembali lagi bertemu
saya, Arvin yang akan membawakan berita kepada anda. Indonesia kembali berduka,
telah terjadi pengeboman di Pura Nyepi dikota Scifi, Kalimantan Timur. Untuk
mengetahui situasi lebih lanjut, kami telah terhubung oleh wartawan kami di
sana. Dengan Niluh? Apa anda bisa mendengar kami?”
(Niluh
memasuki panggung)
Niluh : “Ya, selamat siang, Arvin! Dan selamat siang
juga pemirsa dirumah!”
Arvin : “Ya, selamat siang juga, Niluh. Bagaimana
keadaan disana?”
Niluh : “Baik, keadaan disini masih belum kondusif
sebagaimana mestinya dan saat ini pura sudah dipasangi garis polisi untuk
mencegah orang memasuki TKP. Dan saat ini kami telah bersama dengan Kapolda
Kaltim yaitu bapak Brigjen Kynan Reihan. Selamat siang pak?”
Kynan : “Ya, selamat siang.”
Niluh : “Apakah bapak menceritakan kembali kronologi
kejadian pengeboman ini sebagaimana kita tahu akibat pengeboman ini semakin
melunturkan nilai toleransi di kehidupan social kita ini?”
Kynan : “Jadi kita mendapat informasi dari saksi mata,
bahwa sebuah paket telah diletakkan di depan pagar Pura. Namun saksi mata
menganggap itu paket biasa. Sayangnya, selang 10 menit paket tersebut meledak
dan melukai beberapa jemaat Hindu yang tengah beribadah.”
Niluh : “Adakah korban jiwa dari kejadian ini?”
Kynan : “Sejauh ini, kita mendapat informasi baru
bebe—“
(terdengar
ledakan bom kedua di dekat kantor komisi adat)
Kynan : (Kaget)
“Apa itu barusan?!”
Ega : (melalui
radio) “Pak baru ada ledakan di depan kantor komisi adat!”
Niluh : “Pemirsa baru saja kita mendengar ledakan bom
kedua di depan kantor komisi adat. Cameraman ayo!” (bergegas pergi).
(tiba-tiba
ada dua orang berlari dengan histeris)
Riska :
(histeris) “Ya ampun!! Itu barusan
bom! Di dalam masih banyak orang!!”
Rhajiv :
(gemetaran) “Sabar, Ris… tenang.”
Niluh :
“Selamat siang bapak kami dari SciFi news ingin mewancarai bapak dan ibu, apa
bisa?”
Rhajiv :
“Iya…silahkan…”
Niluh :
“Kamera action!” (menunjuk ke cameraman)
“Pemirsa di rumah kini saya sudah bersama saksi mata. Bapak, bagaimana
kronologi dari kejadian tersebut?”
Rhajiv : “Kebetulan
kami baru selesai rapat untuk festival adat minggu depan, dan saat kita keluar
tiba-tiba—“
Riska : (histeris
dan panik) “Adaaaa Bommmmmmmm!!! Meledaknya pas di dekat kita lagii!!! Di
dalam masih banyak oraaanggg, semuanya itu teman kita!!!!!!!”
Rhajiv : “Tenang sayang, tenang!” (menenangkan)
Masyarakat : (Teriak -teriak)
“Minggir-minggir! Ada korban jiwa!!!!”
Riska : (Panik
dan Histeris) “Faniiiiiiiii!!!” (melihat
tubuh Fani yang sudah terbujur kaku bermandikan darah) “Dia temanku woy!
Kenapa kalian malah gotongin dia kayak gini?!!! Fani, kenapa kamu ninggalin
aku? Jangan pergi…” (Nangis lalu pingsan)
Rhajiv : (Menangkap
Riska) “Astaga Riska! Sadar ris!”
Niluh : “Baik pemirsa, kita telah mendengar
sebagian dari kronologi dari sepasang saksi mata yang histeris ini, karena
suasana semakin tidak kondusif, kita kembali ke studio, Arvin!”
Arvin : (Berkaca) “hmm hmm.”
Metta : “Vin! On air!”
Arvin : (Berkaca, cengar-cengir) “hmm hmm.”
Metta : “WOY! ON AIR DODOL!!!”
Arvin : (Kaget)
“Oh ya! Terima kasih, Niluh! Baik pemirsa, kita telah menyaksikan laporan dari
Niluh di TKP, selanjutnya kita ke reporter kami yang menyiarkan langsung di
istana kepresidenan, Putri Lintang Kharisma. Lintang, bagaimana keadaan disana?”
Lintang : (Serius,
tapi suara alay) “Baik Arvin, saya sudah berada di Istana Kepresidenan. Sambil
menunggu kedatangan Jendral Julio Bagaskara selaku Menteri Pertahanan untuk
menyampaikan pidato di istana, pada saat ini di dalam istana telah dilakukan
konferensi pers yang dipimpin oleh Juru Bicara Presiden, Randy Hakim.”
Randy : “Pertama-tama, kami atas nama Presiden
Indonesia, kami menyampaikan rasa bela sungkawa kami kepada korban beserta
keluarganya atas kejadian pemboman di Pura dan kantor komisi adat di Kota
Scifi. Peristiwa ini adalah suatu bentuk intoleransi, merupakan bentuk ancaman
terhadap Negara ini, dan merupakan peristiwa terrorisme terparah dalam sejarah
Kota Scifi. Maka saudara-saudara, saya sebagai wakil dari Presiden Republik
Indonesia, ingin menyampaikan bahwa Bapak Presiden yang terhormat akan
menyelesaikan investigasi terkait dengan kasus ini. Investigasi ini akan
melibatkan seluruh komponen intelejen dan komponen militer serta kepolisian,
untuk membuka tabir misteri penyebab dan pelaku pemboman ini. Maka, dengan
adanya proses ini, Negara kita akan aman, dan terbebas dari ancaman-ancaman
dalam bentuk apapun, dan akan selesai dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Assalamualaikum, wr.wb.”
Lintang : “Pemirsa,
baru saja kita saksikan pidato dari juru bicara kepresidenan, Bapak
Randy Ivanal Hakim. Dalam pidatonya, bapak presiden telah merencanakan operasi
investigasi. Dan pemirsa, sekarang, kita masih menunggu kedatangan Menteri Pertahanan,
Jenderal Julio Bagaskara beserta rombongan. (30 minutes later), Pemirsa, berikut kita saksikan kedatangan
rombongan Menteri Pertahanan.”
Bodyguard #1 : (Radio) “Jalak
1, ini Garuda, lokasi aman! Siap mengiring VIP ke tempat, ganti!”
Bodyguard#2 : (Radio) “Garuda,
dimengerti, siap memindahkan VIP ke tempat, ganti!” (kepada wartawan) “minggir, minggir!”
Lintang : “Pemirsa, seperti yang anda lihat dibelakang
saya, sepertinya rombongan kementrian Pertahanan telah hadir ditengah-tengah
kita. Seperti yang kita lihat, ada bapak menteri bersama ketiga pengawal nya
yang tengah memasuki lokasi istana kepresidenan.”
Bodyguard#3 : (Radio) “Garuda,
Jalak, ini tim 2, podium aman, ganti!”
Saat menteri pertahanan masuk, para wartawan
mulai berdiri, memotret dan beberapa bertepuk tangan.
Julio : “Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita
semua. Selamat pagi dan salam sejahtera. Pertama-tama, saya selaku kepala
kementrian pertahanan menyampaikan rasa belasungkawa dan duka sedalam-dalamnya
kepada keluarga dan orang-orang yang mengalami musibah pengeboman Pura Nyepi
dan Kantor Kepala Adat Kota Scifi. Bapak dan ibu sekalian, seperti yang kita
ketahui, ada dua bom yang meledak secara bergiliran di dua tempat yang termasuk
penting di wilayah kota Scifi. Musibah ini telah menelan cukup banyak korban
jiwa dan memberikan luka yang mendalam bagi para korban beserta keluarganya.
Musibah ini juga merupakan salah satu titik hitam dalam sejarah bangsa kita,
terutama di penanggulangan terorisme. Untuk itu, kami akan mengerahkan
serangkaian tindakan pencegahan, mulai dari melacak, dan melaksanakan operasi manhunt kepada pihak terror yang bertanggung jawab
atas hal ini. Demikianlah pidato saya pada pagi ini, sebelumnya saya sampaikan
kembali rasa belasungkawa saya kepada para korban dan keluarganya, semoga anda
semua diberikan penghiburan dari Tuhan Yang Maha Esa. Selamat pagi..
Lintang : “Ya,
seperti pidato yang telah kita dengar tadi, pemerintah pun mengharapkan lewat
kejadian ini bisa menjadi tamparan keras bagi Indonesia sebagaimana pentingnya
sifat toleransi yang terbentuk di lingkungan masyarakat. Sekian, kembali ke
studio.”
Annisa Ulya : “Ya, terima
kasih wartawan Lintang atas laporan yang telah anda berikan. Selanjutnya kita
akan mendengar laporan ketiga dari wartawan—“
Arvin : (celingak-celinguk. Tampang dongkol.)
“Ngapain lo?...........”
Annisa Ulya : “Tadi lo pergi
pipisnya lama banget, jadi gue disuruh sama Bu Metta buat gantiin elo.”
Arvin : “Loh?!
Gabisa gitu dong! Seharusnya kalian bertolerasnsi sama aku yang lagi ke
toilet!”
Metta : (datang sambil memukul kepala Arvin)
“Dasar presenter dodol! Lagi on air ngapain
lo ganggu?! Sana pergi dulu lo! Lagi LIVE,
vin!”
Arvin : (kaget, menepuk jidat) “ASTAGA! Maaf ya
pemirsa….” (pergi dari pandangan pemirsa)
Anissa Ulya : “Maaf atas
kejadian barusan pemirsa. Selanjutnya kita akan mendengarkan laporan dari
wartawan Triana yang akan mengabarkan dari bundaran Saifai. Ya, halo Triana?”
Triana : “Halo,
Arvin?”
Anissa Ulya : “Ngg…Ini
dengan Anissa…. Jadi bagaimana keadaan di daerah bundaran Saifai, tia?”
Triana : “Oya,
maaf nisa. Keadaan disini sangatttt ricuh. Sampai saya tidak bisa mendengarkan
suara anda dengan jelas. Seperti yang permirsa lihat, dibelakang saya telah
terjadi pemberontakan dan demo dimana-mana. Hal ini dilakukan oleh beberapa
aktivis penentang pemburuan SARA. Yang sebagaimana kita tau bahwa dampak dari
pemboman ini adalah meninggalnya beberapa aktivis keadatan. Hal inilah yang
membuat aktivis-aktivis ini geram dan berani turun ke jalan untuk mengeluarkan
pendapatnya.”
Praditya : (teriak,marah) “POKOKNYA KITA TIDAK
TERIMA! BAGAIMANA BISA NEGARA INI MAJU KALAU WARGANYA SAJA TIDAK BISA SALING
BERTOLERANSI?!”
Eni : “DIMANA KEADILAN?! BAGAIMANA MUNGKIN RAKYAT
INDONESIA BISA BERSERIKAT, BERKUMPUL DAN BERIBADAH DENGAN TENANG JIKA DILUAR
SANA MASIH BANYAK PARA PENJAHAT SARA?!”
Puput : “PEMERINTAH
TIDAK PERNAH TEGAS! SELALU LEMBEK! MANA CONTOH NYATA UUD PASAL 28E?! DIMANA
TEGAKNYA HAK ASASI MANUSIA?! DIMANA?!!!”
Febri : “APA
YANG HARUS KITA LAKUKAN JIKA BERTOLERANSI PUN RAKYAT INI TAK BISA?! NEGARA INI
MAKIN PENUH TERORIS! TERORIS SARA!!!”
Triana : “Permisi,
bu, pak, bisa anda jelaskan apa yang mendorong anda untuk melakukan aksi
demonstrasi seperti ini?”
Anindita : “Begini
ya mbak, kalau ada kejadian pemboman di Negara kalian, kalian marah gak?! Geram
gak?!”
Triana : “Iya,
bu…kami mengerti perasaan ibu…”
Azizah : “TERORIS
ITU HARUS MATI! HUKUMAN MATI HARUS DIBERLAKUKAN! Lihat wanita ini! Temannya tewas
gara-gara kasus pemboman ini!”
Erista : (berteriak geram) “DIA ADALAH TEMAN
BAIKKU. TEMAN YANG SANGAT PEDULI DENGAN NEGARANYA. TEMAN YANG SANGAT CINTA AKAN
SESAMANYA CIPTAAN TUHAN. IA TIDAK PANTAS MATI DI TANGAN TERORIS!
Aktivis lainnya : (berteriak) “HUKUM MATI! HUKUM MATI!
HUKUM MATI!”
Triana : (menenangkan) “Bapak-bapak, Ibu-ibu, apa
anda semua punya sebuah pesan yang mau disampaikan kepada pemerintah?”
Bergantian : “TEGAKKAN
KEADILAN! TEGAKKAN TOLERANSI UMAT BERAGAMA DAN ANTAR SUKU! BUKTIKKAN BHINNEKA
TUNGGAL IKA MASIH MENDARAH DAGING DALAM TUBUH INI!!!”
Pradit : “RUKUNLAH INDONESIAKU!!! HIDUP TOLERANSI DI INDONESIA!!!”
Aktivis lainnya : “HIDUP!!!”
Triana : “Demikian, laporan dari bundaran Saifai,
kembali lagi ke studio.”
Arvin : “Terima
kasih, Triana. Sepertinya situasi makin memanas ya?”
Anissa Ulya : “Ya. Segala
gejolak terjadi dimana-mana. Apakah ini akhir dari Negara ini? Berikut, kami
baru saja mendapat kabar dari wartawan kami, Inas, yang sekarang berada di
Rumah Sakit Umum Sepuluhlima.”
Arvin : “Ya,
bagaimana keadaan disana, Inas?”
Inas : “Keadaan disini masih sangat sibuk, Arvin,
Nisa. Ya dikarenakan banyaknya korban luka maupun jiwa akibat dari pemboman
ini. Untuk data lebih lengkapnya kita sudah terhubung dengan Dr. Krisdayanti
selaku Dokter Umum di UGD RS. Sepuluhlima. Sebelumnya terima kasih bu, atas
ketersediaannya untuk memberikan keterangan kepada kami.”
Krisdayanti : “Ya
sama-sama.”
Inas : “Jadi bagaimana bu data spesifik banyak korban
yang telah datang akibat dari pemboman sejauh ini?”
Krisdayanti : “Sejauh ini
jumlah korban yang masuk ke rumah sakit kami adalah 27 orang. Rinciannya adalah 5 korban jiwa dan
selebihnya korban luka. Kebanyakan adalah luka parah karena luka ini disebabkan
oleh paparan ledakan bom di tempat kejadian.”
Inas : “Bagaimana nasib para korban saat ini?”
Krisdayanti : “Untuk para
korban jiwa, kami masih perlu mengindentifikasi 3 jasad. Karena kondisi jasad
tidak sangat memungkinkan untuk memeriksa secara fisik, jadi harus menggunakan
tes DNA. Sedangkan 2 korban lainnya telah diketahui namanya dan telah dikunjungi
keluarganya. Lalu untuk korban luka, masih banyak yang dirawat secara
intensif.”
Inas : “Bagaimana dengan keluarga korban jiwa? Apa
mereka terlihat syok?”
Krisdayanti : “Sangat syok
ya. Sangat terlihat dari raut wajah mereka, terlihat sangat stress dan masih
belum percaya nasib ini menimpa sanak keluarganya.”
Inas : “Bagaimana dengan para tim dokter? Apa tim
kekurangan alat atau orang? Seperti yang kita ketahui, pasien yang ibu dapatkan
tidaklah sedikit.”
Krisdayanti : “Ya
Alhamdulillah, mas, tim masih berkecukupan. Tapi untuk stok darah, kami ada
sedikit berkekurangan untuk stok golongan AB. Sedangkan kami memiliki pasien
sekarat yang bergolongan darah AB.”
Inas : “Apa anda cara bagi pemirsa dirumah supaya
bisa membantu para korban yang terkhususnya pada saat ini sedang kekurangan
stok darah?”
Krisdayanti : “Mereka semua
bisa membantu kami dengan mendonorkan darahnya lewat PMI terdekat.”
Inas : “Baiklah, terima kasih atas kesempatan yang
telah anda berikan Ibu Krisdayanti. Berikut kami akan mewawancarai salah satu
dari sanak keluarga korban. Bisa minta waktunya sebentar Ibu Yuliya?”
Yuliya : “Iya,
bisa…” (menangis tersedu-sedu)
Inas : “Jadi apa benar anda merupakan salah satu
sanak keluarga dari korban pemboman ini?”
Yuliyah : “Iya…
saya ibu dari Fani. Salah satu korban jiwa dari pemboman di kantor komisi adat.
Sedangkan ini adalah anaknya, Indra.” (menangis)
Indra : “Nenek…nenek
jangan sedih… mama kan lagi dirumah sakit, sebentar lagi pasti mama sembuh,
nek…”
Yuliyah : “Saya
ga tau lagi harus gimana! Saya ga tau bagaimana harus menjelaskan ini semua ke
Indra. Pasti berat jika Ia harus menerima semua ini di usianya yang masih
sangat belia, mas!” (menangis sambil
mengelus-elus kepala Indra)
Inas : “Saya turut prihatin bu. Jadi sebenarnya
siapakah Fani ini, bu? Seperti yang kita ketahui rakyat Indonesia makin
bergejolak setelah mendengar kematian Fani ini.”
Yuliyah : “Sebenarnya
Fani ini termasuk aktivis adat, dia sangat sayang budaya Indonesia. Dia benci
pas Indonesia memanas karena perang saudara atau perang antar adat. Karena itu
dia ngebuat kantor komisi adat dengan tujuan ingin mengrealisasikan Bhinneka Tunggal Ika secara nyata. Dia
orang baik-baik, mbak. Dia gapernah jahat ke orang.” (Menangis lagi)
Indra : “Ibu
saya pasti sembuh, om! Nenek memang suka begini kok. Nanti om liput aku lagi ya
kalau mamaku sudah sembuh!”
Inas : “Iya…terima lasih ya Indra dan Bu Yuliyah atas
waktunya. Tuhan YME menyertai keluarga anda. Sekian laporan dari kami di Rumah
Sakit Umum Sepuluhlima. Kembali ke studio.”
Annisa Ulya : “Ya terima
kasih, Inas. Pemirsa, barusan saja kami mendengar kabar bahagia dari pihak
kepolisian Indonesia bahwa ‘SI TERORIS’ telah tertangkap.
Arvin : “Ya,
si teroris tertangkap di Pelabuhan Semayang sesaat sebelum dirinya kabur ke
luar pulau menggunakan kapal feri.”
Annisa Ulya : “Pelaku yang
masih dirahasiakan ini akan muncul pada konferensi pers yang dilakukan oleh
Kepolisian RI, dalam membahas latar belakang terjadinya pemboman ini.”
Arvin : “Untuk
informasi lengkapnya kita telah terhubung oleh rekan kami yang berada di Aula
Konfrensi Pers Polri, dengan Riza? Apa anda bisa mendengar kami?”
Riza : “Ya, selamat siang untuk kita semua.”
Annisa : “Apa
anda bisa menceritakan keadaan disana?”
RIza : “Baik, Annisa. Kedaan disini sangat ramai.
Berhubung dengan adanya berita tentang tertangkapnya si Teroris ini. Semua
wartawan didalam ruangan ini sedang menunggu kehadiran Kapolri untuk
mengklarifikasikan siapakah si Teroris ini sebenarnya.”
(Tiba-tiba
seorang pria memasuki ruangan itu. Dengan langkah tegasnya, ia disambut dengan
deretan suara kamera yang sedang menjepretnya)
Kynan : (menarik kursi dan mendudukinya)
“Silahkan duduk, kita akan mulai konfrensi persnya. (merapikan beberapa kertas) Jadi sebenarnya kasus Pemboman ini
ternyata memiliki pemahaman dan latar belakang yang sangat sederhana. Jauh
berbeda dari awal pemikiran kita yang mengkait-kaitkan semua ini dengan kasus
intolerir dalam hubungan sosial terkhususnya dalam bidang SARA. Si pelaku
melakukan ini karena masalah pribadinya. Pelaku juga bukan salah satu bagian
dari kelompok-kelompok teroris, ia hanya seorang warga sipil biasa. Bom yang
pelaku gunakan juga termasuk bom ringan atau tidak menggunakan alat-alat
canggih yang dapat menghanguskan segalanya. Para korban yang tewas termasuk
warga sipil juga. Namun, sesuai dengan hasil penyelidikan, kasus pemboman ini
merupakan kasus berencana. Sekian dari pengklarifikasian ini, ada pertanyaan?”
Wartawan A : “Jadi sebenarnya
apakah latar belakang si pelaku ini, pak?!”
Kynan : “Latar
belakangnya hanya masalah pribadi. Kebetulan masalah pribadi ini menyangkut
tentang Si pemilik Pura dan pemilik kantor komisi adat. Para pemilik tadi
merupakan korban tewas. Untuk korban tewas lainnya, menurut pelaku merupakan
korban yang tidak disengaja.”
Wartawan B : “Siapakah Si
Pelaku ini, pak?!”
Kynan : “Pelaku
adalah IC. Perempuan dan hanya warga sipil biasa. Beliau tidak memiliki catatan
kejahatan apapun sebelumnya.”
Riza : “Begini pak, tadi kan bapak bilang bahwa IC
merupakan seorang warga sipil biasa. Tapi bagaimana mungkin dia bisa menyusun
rencana sedemikian mulusnya ini?”
Kynan : “Baiklah.
Setelah kami melakukan test kejiwaan dengan si prlaku. Diduga pelaku ini
memiliki IQ yang sangat tinggi. Hal ini terlihat dari cara dia berbicara, ia
berbicara seperti para ilmuwan. Sangat rasional dan realistis.”
Riza : “Apa IC sudah menjalani pemeriksaan lengkap?”
Kynan : “Sejauh
ini, ia sudah memasuki tahap setengahnya.”
(Ega
datang terburu-buru sambil membisikkan sesuatu kepada Kynan)
Kynan : “Baiklah,
sebelum menutup konfrensi pers ini, kami akan memberikan waktu khusu kepada
para wartawan untuk bertanya langsung kepada si Pelaku.”
(Iren
datang sambil tangan tetap terborgol di tangan. Ia datang sambil diikuti Ega
dari belakang)
Ega : (menarik
kursi untuk Iren) ”Duduk.”
Iren : (duduk
dengan wajah sok menantang)
Ega : “Dipersilahkan kepada para wartawan untuk
bertanya.”
Riza : “Siapakah anda sebenarnya IC? Kenapa anda
melakukan pemboman ini?!”
Wartawan A-B : “Gara-gara anda,
Indonesia memanas!”
Iren : “Sebelumnya terima kasih banyak atas
pertanyaan dan segala cacian kalian. Ngomong-ngomong nama saya Iren, gausah lah
kalian panggil saya dengan nama IC. Saya melakukan pemboman ini karena ingin
membalas dendam.”
Riza : “Dendam apa? Dan apalah ada sangkut pautnya
dengam pemilik Pura dan kantor Komisi Adat?”
Iren :
(Tertawa keras. Seperti menyindir.
Berteriak) “JELAS ADA! GARA-GARA MEREKA HIDUP SAYA TIDAK PERNAH BAHAGIA
LAGI! Apalagi si Pemilik Pura itu, cih! Wanita macam apa dia itu?! Kerjaannya
menggangu hubungan orang saja! Belum lagi si pemilik kantor Komisi Adat itu.
Boleh saja dia memiliki segalanya, boleh saja di cinta budaya tanah air TAPI
kalau sudah mengambil pria orang, apa perlu dibangga-banggakan lagi?!”
Ega : “Tenang Iren. Tenang! Wartawan hanya
dipersilahkan bertanya tanpa menyinggung perasaan tersangka.”
Riza : “Jadi, sebenarnya kasus ini hanya karena anda
cemburu?”
Iren : (tersenyum
sinis) “Saya tidak cemburu. Saya hanya ingin memberinya pelajaran bahwa
tidak baik mengambil hak orang lain. Apalagi pria yang sebenarnya menjadi
hak-ku.”
Wartawan A : “Lalu kenapa
anda tidak meledakkan si pria juga?”
Iren : “Untuk apa? Tak ada guna. Lagipula saya tidak
tau dia berada dimana. Jadi lebih baik saya membalaskan dendam ini ke mereka
berdua bukan? Asal kalian tahu, awalnya sih dia dekat dengan pemilik Pura
karena katanya masalah bisnis. Tapi rupanya dia mengkhianatiku, dan malah
menikah dengan pemilik kantor komisi adat. Pria dungu.”
Wartawan B : “Lalu apakah
perasaan anda terbalaskan setelah dendam anda terbalaskan?”
Iren : “Tentu saja. Apalagi setelah mendengar tewas,
saya jadi lebih mudah tersenyum sekarang.” (tersenyum
seperti orang saiko)
Ega : “Ayo, kita pergi!” (meberdirikan Iren dari duduknya)
Kynan : “Terima
kasih atas kesempatannya, konfrensi pers ini ditutup!”
Ibu
Siti langsung mematikan tv dan melihat sekeliling, terlihatlah Fitri sedang
tercengang-cengang karena mendengar berita barusan. Fitri langsung memluk
tangan ibunya dengan erat.
Fitri : “Bu,
tadi itu beneran kah? Serem banget…”
Ibu Fitri : “Iyalah,
nak.”
Bapak Geo : “Lihat,
bagaimana jadinya kalau kita hidup tanpa adanya toleransi? Kamu mau hidup kayak
gitu? Demo dan pergejolakan ada dimana-mana. Indonesia jadi memanas, gapernah
ada rukunnya. Gabakalan lagi ada namanya pergi ke mall atau nonton bareng
temen-temenmu.”
Fitri : “Engga,
yah. Fitri khilaf. Jadi gimana caranya supaya kejadian itu ga terulang lagi?
Demi deeeh, fitri takut bangetttt!”
Ibu Siti : “Belajar
buat bertoleransi sama orang lain. Belajar tenggang rasa. Belajar saling
bantu-membantu antar sesama manusia yang telah diciptakan oleh Tuhan. Contohnya
sederhana aja kok—“
Bapak Geo : “Misalnya
kayak kejadian kamu ngelarang Reizky buat sholat tadi, itu gaboleh nak. Kamu
kan seharusnya sudah tau klo sholat 5 waktu itu wajib. Masa iya kamu ngelarang
dia buat beribadah kepada Tuhan? Itu sama aja kamu udah ngajarin orang buat
dosa loh.”
Ibu Siti : “Iya,
selain itu. Kita juga gaboleh menggangu seseorang yang lagi ibadah. misalnya
bikin kegaduhan, bunyiin klakson keras-keras, dll.
Fitri : “Trus
klo saling bahu-membahu itu kayak apa, bu?”
Mbak Ika : “Ya kayak
sering bantu-bantu ibu di dapur, dek. Lumayan kan, jadi kerjaannya mbak Ika
berkurang, pahalanya dek Fitri nambah
deh ehehe…”
Bapak Geo : “Ah, mbak Ika
suka bercanda…hahaha.”
Mbak Ika : “Tapi tadi
saya ada perhatiin, kok presenter sama wartawannya salah ngomong terus ya? Dari
tadi dia bilang ‘Selamat Siang’ terus. Padahal ini kan udah sore.”
Bapak Geo : “Wah! Mbak
Ika jeli juga ya! Jadi sebenernya itu Cuma video.”
Fitri : “Hah?!
Video?! Maksud Ayah?! Tapi tadi kata Ibu itu tadi nyata?”
Ibu Fitri : “Ya
memang, sayang. Ayah sama Ibu sengaja rekamin berita ini, soalnya bagus banget
buat pelajaran toleransi-mu dimasa mendatang.”
Bapak Geo : “Gimana?
Bapak-Ibu jahat ya sama kamu, nak?” (nyengir)
Fitri : “IIIII…Ayah
nyebelin ih! Engga kok, bapak sama ibu itu orang tua terhebat yang pernah ada!
Fitri sayang kalian deh!” (cengengesan)
Mbak Ika : “Sama mbak
ika engga toh, dek?”
Fitri : “Iyaaa,
mbak……Sayang mbak juga kok ehehe….”
SELESAI